Dalam diri setiap manusia ada kala nya ketika kita merasa tidak ingin melakukan semua atau beberapa hal, hanya ingin bersantai santai, berleha leha dengan waktu, beranggapan esok masih ada waktu untuk mengerjakan sebuah pekerjaan. Malas bergerak (mager), malas mengerjakan tugas ini tugas itu, dan banyak lagi. Selalu beranggapan esok masih ada waktu untuk mengerjakan. Namun pada akhirnya... Kita telah menunda sebuah pekerjaan itu.
Definisi malas dalam bahasa Arab disebut dengan al-kaslu yang bermakna berat untuk mengerjakan sesuatu dan berhenti dari menyempurnakan sesuatu. Imam Raghib al-Ashfahani rahimahullah mengatakan, “Malas adalah merasa berat dalam suatu urusan yang seharusnya tidak perlu merasa berat.”
"Diceritakan kepada Rasulullah SAW tentang orang-orang yang sangat semangat sekali dalam beribadah, maka beliau berkata, "Itulah puncak semangat (pengamalan) Islam dan kesungguhannya. Setiap semangat akan mencapai puncaknya, dan setiap puncaknya akan ada masa kemalasan. Barangsiapa yang waktu malasnya dalam batas wajar dan tetap dalam sunnah, maka dia telah menempuh jalan yang lurus. Dan barangsiapa yang kemalasannya melakukan kemaksiatan, maka itulah yang celaka." (HR. Ahmad)
Kemalasan dalam hal yang tidak wajar, kemalasan yang malah melakukan hal-hal yang tidak berfaedah, melakukan kemaksiatan akan mengundang hal-hal negatif untuk diri kita, yaitu :
1. Turunnya adzab
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah suatu desa untuk keluar berperang, tetapi mereka bermalas-malasan dan berat untuk keluar berperang. Maka Allah ‘Azza wa Jalla menahan hujan untuk mereka, dan itulah adzabnya bagi mereka.
2. Mewariskan jiwa yang jelek
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ
“Apabila seorang hamba bangun malam, kemudian berdzikir kepada Allah, terlepaslah satu ikatan. Apabila dia berwudhu, terlepaslah satu ikatan lagi. Jika dia shalat, maka akan terlepas seluruh ikatan. Maka pagi harinya jiwanya akan semangat dan bagus. Jika tidak bangun (malam), jadilah jiwanya jelek dan malas.”
Imam Raghib al-Ashfahani rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang malas, akan hilang darinya sifat kemanusiaan. Bahkan dia termasuk dalam golongan hewan. Waspadalah engkau dari sifat malas, karena jika kamu malas maka engkau tidak akan mampu menunaikan sebuah hak. Jika engkau bosan maka engkau tidak akan sabar untuk menunaikan hak. Karena waktu luang itu akan menghilangkan keadaan manusia. Bahkan seluruh anggota badan menusia jika tidak digunakan maka akan rusak.”
3. Meniru sifat orang munafik
Malas adalah sifat dasar orang-orang munafik. Allah Subhaanahu wa Ta’ala mengisahkan tentang mereka dalam firman-Nya :
إِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ يُخَـٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَـٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيل
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya [dengan shalat] di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisâ’ [4]: 142)
Sumber :
QS. An-Nisâ’ [4]: 142
https://ibnuabbaskendari.wordpress.com/2013/08/24/mengusir-penyakit-malas/
http://www.academia.edu/9686109/Malas_dalam_perspektif_islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar